Minggu, 07 November 2010

FENOMENA DI MATA

bukan penyebab sedih dan senangku,
ketika fenomena lalu lalang di depanku,
semua prasangka tak perlu kuyakini,
karena aku tak peduli kepastian lagi.

benarkah yang kulihat warnanya putih?
sedang sejatinya ia berwarna hitam.
benarkah yang kudengar nyayian surga?
sedang sebenarnya itu senandung setan.

tak ada kebaikan dari mahluk apapun,
ketika kacamata ego ini masih kukenakan,
aku tak ingin berkutat dalam kebodohan,
lupa keindahan telah lama bersemahyam.

tak ada kebahagiaaan yang abadi,
tak ada pula duka terus melukai,
datang tiba-tiba lalu menerpa,
pergi sendiri berlalu begitu saja

Senin, 01 November 2010

SURAT YANG TAK TERBALAS

mendung masih menggantung dilangit
yang mulai diselimuti malam
berhembus angin
terasa dingin

seperti hati ini
karna jauh darimu
taukah kamu
kamu telah jadi penghuni hati ini

kita saling bertemu
mengenal
dan jatuh hati
tak dapat ku cegah
hadirmu dalam hidupku

diantara sunyi dan dinginnya malam
bayangmu selalu hadir menemani
andai bukan hanya bayangmu
yang hadir disini

tapi..
sudahlah mungkin sudah takdir
harus jauh darimu
dan mungkin harus kehilanganmu

makasih..
kamu telah buat aku
merasakan indahnya
kisah kasih walau hanya sejenak

kasih....
rindu di hati ini
masih ada untukmu
dan masih berharap
menjadi nyata
tanpamu hanya sepi yang terasa..

Selasa, 21 September 2010

Gerimis dan Wajah Manis

seuntai angin menjuntai di rambut
mayangmu, jatuh terurai, tatapanmu
menyelinap geulis di antara garisgaris
rambutmu, bak sinar matahari di celah
gerimis, sebuah teralis yang akan
menahanku berlamalama memandangmu,
sebab biasanya akan muncul pelangi
melambai padaku menuruni pematang di
hatimu, rindang dedaunan
menyembunyikan reranting sunyi yang
diamdiam ditumbuhi anggrek ungu,
makanya aku suka sekali memandangmu.

gerimis membimbingku ke dekap
tubuhmu. aku tatap kamu. wajahmu lalu
manis sekali, tak ada perempuan memiliki
wajah semanis kamu, sungguh. entah
sketsa apa yang kutulis, rasanya aku cuma
melukis gerimis yang menetes di alis
matamu. dan aku, hanyalah seorang
kekasih yang jatuh di kelopak matamu, lalu
ketika kaukerjapkan mata, aku terbata bata
dalam serangkaian kata cinta, makanya
aku suka sekali memandangmu.

wajah manis, tahukah rasanya menjadi
tebu. mengapa gerimis memilih jadi tetes
tebu, penuh kenangan manis di setiap
celahnya. di kehijauan lembah, di antara
pagi dan senja, di antara pertemuan yang
tak terbilang jumlah. karena itukah pelangi
turut hadir pada senyummu yang indah.

Minggu, 19 September 2010

akhir sebuah kekecewaan

bibirmu menari mengulas kisah yang kerap
membangkit tanya di relung ku
gelagat mu cermin sempurna mata bathin
mu yang sarat galau
kusaksikan hujan menderas di pelupukmu
yang acap kau selipkan dibalik rinai senyum
mu

ku koyak tabir senja mu
ku hantarkan segenggam rembulan di
pekat langit mu
hitam, kelam, tak bernuansa.....
hanya pojok2 lengang yang kelam dan
mencekam sudut sanubarimu
yang keropos dan rapuh
dan, kau terdampar di sebuah pulau
yang menawar janji syurga tak bertepi

lalu, aromamu semilir menusuk hidungku,
terbawa angin sore itu
kurasai denyut nadi mu yang menyisakan
setumpuk luka

mengapa???

kau renda luka diatas sulaman yang telah
menganga
bekukan hangat rindu pada sang surya
sementara, tambal sulam mu mengisahkan
nista dibalik tabir kecewa

"sungai takdir telah hanyutkan ku" lirih mu
kuhempas silau mu dengan sejuta peka
yang menyisa

kuseka pipimu yang berlinang merah basah
kembalilah!
kurengkuh penat mu dalam dekapan rindu
syurga-Nya.

Selasa, 31 Agustus 2010

PURNAMA SEPARUH

setelah puisi ini ku tulis
akan ada hati yang berdarah
sebab ia kutulis dengan napas tersengal
dan ditulis dari tinta darah dan perahan air
mata
yang dirangkai dari sisa kejujuran yang
tergali dari kesadaran

wahai bulan separuh
simaklah jiwa yang terluka
tentang sebuah pengakuan yang mungkin
tak sempurna
tentang anak manusia yang akan
melangkah ke medan peperangan
untuk menaklukkan puncak-puncak rindu
menjadi perpisahan

dua anak manusia yang mungkin saling
mencintai
mengantarnya ke dalam pintu-pintu
penutup kisah yang haru

wahai bulan separuh
malam ini
simak dan dengarlah pengakuannya
aku sangat mencintainya
merindukannya tanpa ujung batas
menyanyikan namanya dalam senyapku
mengarung malam
walau kutahu jarak yang tak mungkin
kulipat
dan hadir menatap matanya dalam sekedip
mata setiap perpisahanku

aku sangat mencintainya
merindukannya di setiap tarikan napasku
dan bahkan kurasakan tatapannya selalu
hadir dalam aliran darahku
bayangnya seakan tak pernah lepas
menjadi selimut dalam tidurku

bagiku
,,,,,,,,

menatap matanya adalah kesejukan
seperti sentuhan sutera dan belaian butiran
salju di tengah gurun

wahai bulan separuh
pernahkan kau melihatnya merindukanku
seperti kerinduan dahsyat yang selalu
kupendam
pernahkah ia mengerti tentang rindu dan
kedamaian cinta ini

wahai bulan separuh
malam ini
kurasakan cahayamu dipaksakan menjadi
purnama
lalu meneteskan air mata
adakah itu air matanya yang menyesali
diam dan ketidakmengertiannya
atau itu adalah tetesan darahku sendiri
yang akan mengakhiri kisah cinta ini

malam ini
,,,,,,

dengan segala kesadaran kunyatakan rasa
dengan seksama
aku menyudahi segala kisah
menutup ruang rasa dengan paksa

setelah puisi dan kisah ini usai
izinkanlah aku melangkah pergi
menangis diam-diam
mungkin membawa rasa sesal yang tak
terbahasakan

malam ini dengan kesadaran yang tersisa
kunyatakan rasa dengan seksama
aku menyudahi segala kisah
menutup ruang rasa dengan paksa

izinkanlah aku pergi
menghilang dengan malam

Senin, 30 Agustus 2010

SELAMAT ulang tahun

sekian tahun sudah kehadiran anda
mempengaruhi orang-orang sekitar anda,
dan setiap perbuatanmu telah membentuk
karakter anda,
dan setiap langkahmu telah membawa anda
mendekati atau menjauhi cita-cita anda,

dan kelak…

setiap tarikan nafas anda akan dimintai
pertanggungjawabannya,
untuk menentukan tempat anda di alam
yang abadi …

Selamat Ulang Tahun
Semoga langkah-langkah anda semakin
matang
dan selalu membawa anda ke arah yang
lebih baik.

Senin, 23 Agustus 2010

kerinduan

mencoba lepaskan beban
kutulis sebait lagu tentang kerinduan
terpendam dibatas jarak yang memisahkan
jujur ingin aku bertemu

mencoba lukiskan bayang
selintas wajah gadis yang kurindukan
di awan kugoreskan imaji dan bisikkan
tetap setia padaku

betapa berarti
sesaat pertemuan kita
obati rindu sekian waktu lamanya

hanya hati
setia pada cinta dijiwa
kan membawa ini jadi selamanya