Selasa, 21 September 2010

Gerimis dan Wajah Manis

seuntai angin menjuntai di rambut
mayangmu, jatuh terurai, tatapanmu
menyelinap geulis di antara garisgaris
rambutmu, bak sinar matahari di celah
gerimis, sebuah teralis yang akan
menahanku berlamalama memandangmu,
sebab biasanya akan muncul pelangi
melambai padaku menuruni pematang di
hatimu, rindang dedaunan
menyembunyikan reranting sunyi yang
diamdiam ditumbuhi anggrek ungu,
makanya aku suka sekali memandangmu.

gerimis membimbingku ke dekap
tubuhmu. aku tatap kamu. wajahmu lalu
manis sekali, tak ada perempuan memiliki
wajah semanis kamu, sungguh. entah
sketsa apa yang kutulis, rasanya aku cuma
melukis gerimis yang menetes di alis
matamu. dan aku, hanyalah seorang
kekasih yang jatuh di kelopak matamu, lalu
ketika kaukerjapkan mata, aku terbata bata
dalam serangkaian kata cinta, makanya
aku suka sekali memandangmu.

wajah manis, tahukah rasanya menjadi
tebu. mengapa gerimis memilih jadi tetes
tebu, penuh kenangan manis di setiap
celahnya. di kehijauan lembah, di antara
pagi dan senja, di antara pertemuan yang
tak terbilang jumlah. karena itukah pelangi
turut hadir pada senyummu yang indah.

Minggu, 19 September 2010

akhir sebuah kekecewaan

bibirmu menari mengulas kisah yang kerap
membangkit tanya di relung ku
gelagat mu cermin sempurna mata bathin
mu yang sarat galau
kusaksikan hujan menderas di pelupukmu
yang acap kau selipkan dibalik rinai senyum
mu

ku koyak tabir senja mu
ku hantarkan segenggam rembulan di
pekat langit mu
hitam, kelam, tak bernuansa.....
hanya pojok2 lengang yang kelam dan
mencekam sudut sanubarimu
yang keropos dan rapuh
dan, kau terdampar di sebuah pulau
yang menawar janji syurga tak bertepi

lalu, aromamu semilir menusuk hidungku,
terbawa angin sore itu
kurasai denyut nadi mu yang menyisakan
setumpuk luka

mengapa???

kau renda luka diatas sulaman yang telah
menganga
bekukan hangat rindu pada sang surya
sementara, tambal sulam mu mengisahkan
nista dibalik tabir kecewa

"sungai takdir telah hanyutkan ku" lirih mu
kuhempas silau mu dengan sejuta peka
yang menyisa

kuseka pipimu yang berlinang merah basah
kembalilah!
kurengkuh penat mu dalam dekapan rindu
syurga-Nya.