Senin, 26 Juli 2010

SIAP SENANG, SIAP KECEWA

“Maaf, bukannya saya tidak menghormati
permintaan kamu. Tapi rasanya kita cukup
menjalin perrsahabatan saja. Saya doakan
semoga menemukan pasangan lain yang
lebih baik dari saya. ”

bagaimana rasanya bila kalimat di atas
dialami oleh diri kita? Bisa saja langit terasa
runtuh, hati berkeping-keping. Sang pujaan
hati yang kita harapkan menjadi teman setia
dalam mengarungi perjalanan hidup
menampik ajakan kita. Segala asa yang
pernah coba ditambatkan akhirnya karam.
Cinta (kasih sayang) bertepuk sebelah
tangan.

ya drama kehidupan menuju kehidupan yang
bersatu (perkawinan) memang beragam.
Ada yang menjalaninya dengan smooth,
amat mulus, tapi ada yang berliku penuh
onak duri, bahkan ada yang pupus ditengah
perjalanan karena cintanya tak bertaut
dalam maghligai pernikahan.

siapapun berhak kecewa manakala
keinginan dan cita-citanya tidak tercapai.
Perasaan kecewa adalah bagian dari naluri
mempertahankan diri yang Tuhan ciptakan
pada manusia. Manusia bergerak dengan
perasaan, memiliki aneka emosi jiwa, bisa
bergembira tapi juga bisa kecewa.

emosi negatif, seperti perasaan kecewa
akibat tertolak, bukannya tanpa hikmah.
Kesedihan akan memperhalus perasaan
manusia, bahkan akan meningkatkan
kepekaannya pada sesama. Bila dikelola
dengan baik maka akan semakin matanglah
emosi yang terbentuk. Tidak meledak-ledak
lalu lenyap seketika. Ia akan siap untuk
kesempatan berikutnya; kecewa ataupun
bergembira.

jadi mengapa tidak bersyukur manakala kita
ternyata bisa kecewa? Karena berarti kita
adalah mansia seutuhnya.
Kegagalan meraih cinta juga bukan pertanda
bencana. Tapi akan memberikan pelajaran
beharga pada manusia. Seorang filsuf, John
Charles Salak mengatakan : Orang-orang
yang gagal dibagi menjadi dua; yaitu mereka
yang berfikir gagal padahal tidak pernah
melakukannya, dan mereka yang melakukan
kegagalan dan tak penah memikirkannya.

karenanya kegagalan bukanlah akhir dari
segalanya, tapi justru awal dari segala-
galanya. Meski terdengar klise tapi ada
benarnya; ambillah pelajaran dari sebuah
kegagalan lalu buatlah perbaikan diri. Tentu
saja itu dengan tetap mengimani qadla Allah
SWT. agar kegagalan tidak menjadi petaka,

sering kita berandai-andai misal: Seandainya
kamui menjadi istri saya, saya berjanji akan
membahagiakan kamu, demikian ungkapan
keinginan para lelaki yang tengah dilanda
cinta kepada wanita yang dicintainya.

puluhan, mungkin ratusan angan-angan kita
siapkan seandainya si dia menerima
pinangan cinta kita. Kita begitu siap untuk
berbahagia dan membahagiakan orang lain.
Sama seperti banyak orang yang ingin
menjadi kaya, tenar dan dipuja banyak
orang.

sayang, banyak diantara kita yang belum
siap untuk merasa kecewa. Dan ketika
impian itu berakhir kita seperti terhempas.
Tidak percaya bahwa itu bisa terjadi. jangan
biarkan kita berangan-angan karena semakin
tinggi angan membuai kita semakin sakit
manakala tak tergapai dan terjatuh.

ambillah
sikap simbang setiap saat; bersiap diri
menjadi senang sekaligus kecewa. Sikap itu
akan menjadi bufferl penyangga mental kita,
apapun yang terjadi kelak.

ditolak? Emang enak! Wah, mungkin
demikian pikiran sebagian orang-orang yang
mencemoohkan melihat kegagalan. Malu,
kesal dan kecewa menjadi satu. Tapi itulah
bentuk ‘perjuangan’ menuju pernikahan.
Banyak diantara kaum adam marah-marah
karena cintanya tak sampai. Berserapah
buruk dan menyalahkan pada wanita yang
tidak mencintainya bukan sikap seorang laki-
laki yang bertanggung jawab. karena Tidak
ada yang bisa melarang seseorang untuk
jatuh cinta maupun menolak cinta.

sebagaimana kita punya hak untuk
mencintai dan dicintai. Bahkan dalam
kehidupan rumah tangga pun seorang suami
dan istri diberikan hak oleh Tuhan. Untuk
membatalkan sebuah ikatan pernikahan.

mengapa ada hak penolakan cinta yang
diberikan Tuhan pada kita? Bahkan dalam
pernikahan ada pintu keluar
‘ perceraian’? jawabannya adalah sangat
mungkin manusia yang jatuh cinta atau
setelah membangun rumah tangga, ternyata
tak kunjung memperoleh kebahagiaan dari
pasangannya, maka tiada guna
mempertahankan sebuah bahtera rumah
tangga bila kebahagiaan dan ketentraman
tak dapat diraih.

berpikir positiflah manakala cinta tak
berbalas. Belum tentu kita memperoleh
kebahagiaan bila hidup bersamanya. Apa
yang kita pandang baik secara kasat mata,
belum tentu berbuah kebaikan di kemudian
hari. Adakalanya keinginan untuk hidup
bersama orang yang kita idamkan begitu
menggoda. Tapi bila ternyata cinta kita
bertepuk sebelah tangan, untuk apa semua
kita pikirkan lagi? Allah Maha Pangatur, ia
pasti akan mempertemukan kita dengan
orang yang memberikan kebahagiaan
seperti yang kita angankan. Bahkan mungkin
lebih dari yang kita harapkan.

be positive thinking, suatu hari kelak ketika
bila kita telah menikah dengan orang lain
bukan dengan si dia yang diidamkan, niscaya
kita akan takjub.

rasa cinta yang berlebihan adalah
perangkap, ia akan memenjarakan kita terus
menerus dalam kekecewaan. Terutama apa
yang pernah kita angankan berdua tidak
kesampaian. sehingga rasa kecewa pun akan
sangat berlebihan. Perasaan ini akan
menghambat kita untuk mendapatkan
kesempatan berbahagia dengan orang lain.
karena kita terus menerus mengingat orang
yang pernah mengecewakan, dan masih
terbius dengan angan-angannya. Bila ini
terjadi, kita sebenarnya tengah menyiksa
perasaan kita sendiri dan menutup peluang
untuk bahagia.

mari berpikir jernih, untuk apa memikirkan
orang lain yang sudah menjalani
kehidupannya sendiri? Jangan biarkan orang
lain membatalkan kebahagiaan kita. Diri
kitalah yang bisa menciptakannya sendiri.
Untuk itu tanamkan optimisme dan
keyakinan.

cinta membutuhkan waktu

“Maukah kamu menjadi istri saya? Saya
tunggu jawaban kamu segera!”

banyak kita jumpai pernyataan ini ketika dua
hati tengah merajut cinta, mereka tidak
sadar cinta bukanlah masakan instan yang
bisa di tunggu waktu matangnya. Ia
berproses, apalagi berbicara rumah tangga,
pastinya banyak pertimbangan-
pertimbangan yang harus dipikirkan. Ada
unsur keluarga yang harus berperan. Selain
juga ada pilihan-pilihan yang mungkin bisa
diambil. Jadi harap dipahami bila
kesempatan datangnya cinta itu menunggu
waktu.

perlu kiranya saya analogikan kisah yang
benar-benar terjadi dalam diri sahabat saya
tentang cinta itu tidak bisa dipaksakan,
tentang cinta itu butuh proses.
kira-kira dua puluh tahun yang lalu, seorang
sahabat saya menyintai seorang gadis. dia
secara total menyintainya. tidak ada hari
tanpa memikirkan sang gadis, tiada hari
tanpa tidak berjumpa sang pujaan hati.

suatu saat dia mengungkapkan perasaan
hatinya pada sang pujaan, namun tidak
pernah ada jawaban hingga dua puluh tahun
ke depan.

sang Pujaan hati menikah dengan pria lain.
kawan saya larut dalam kekecewaan yang
teramat lama. tanpa dia pernah mau berpikir
bahwa kehendak Tuhan ada maksudnya.
waktu terus berputar, kehendak Tuhan baru
dihadapkannya. Pujaan hatinya yang dulu
dipuja2 suatu saat bertemu dan mereka
berbincang seputar kejadian 20 tahun yang
lalu. Ternyata pujaan hatinya terlihat lebih
tua - tidak lagi menarik - karena terhimpit
beban kehidupan yang teramat berat. Suami
sang pujaan bertaut usia sekitar 10 tahunan,
dan kurang beruntung dalam pekerjaannya.

ketika sang pujaan sedang membutuhkan
banyak dana untuk kelangsungan hidup dan
sekolah anak-anaknya, suaminya sudah tidak
mampu lagi untuk memenuhi kebutuhan itu.
Suatu waktu, dalaam suatu kesempatan
sahabat saya berjumpa dengan pujaan
hatinya waktu lampau, dia bertanya:
"Kenapa kamu tidak pernah menjawab
pertanyaan saya waktu itu??", sang pujaan
hati hanya menjawab lirih, "Waktu itu kita
masih kanak-kanak dan dibutakan oleh cinta
dan materi,", sahabat saya bertanya lagi,
"Saya tetap ingin mendengar jawaban itu,"
dijawab oleh sang pujaan hati, "saya tak
perlu menjawab pertanyaan itu,".

sahabat saya memahami masalah yang
dihadapi pujaan hatinya setelah mendengar
penuturan masalah2 yang dihadapi sang
pujaan 10 tahun terakhir dimana setelah era
krismon melanda negeri ini usaha suaminya
mengalami kebangkrutan. dia yang terbiasa
memegang uang banyak kini teramat sulit.
Terutama dalam membiayai keperluan
sekolah anak2 nya.

sang Pujaan hati meminta kepada sahabat
saya untuk membantunya memenuhi
kebutuhan sekolah anak-anaknya. Sahabat
saya tidk dendam. dia bersedia
membantunya, walaupun dirinya pernah
dikecewakan.
(Sahabat saya mengambil resiko yang
teramat berat. di sisi lain dia telah
mempunyai istri yang menyintai dan tiga
orang anak-anak yang teramat dekat
dengaan diri sahabat saya itu.Di sisi lain dia
melihat org yang pernah mengecewakannya
begitu sangat terhimpit oleh kesulitan
ekonomi sementara dia masih punya suami)

waktu terus bergulir, bantuan tetap diberi.
namun lambat laun sahabat saya itupun
sadar akan kekeliruannya setelah dia
membaca kisah Nabi Sulaeman yang ingin
memberi makan ikan dilaut, dan ditunjukkan
oleh Allah SWT bahwa kemampuan manusia
ada batasnya walaupun sehebat atau se kaya
apapun dia. Makanan yang disediakan oleh
Nabi Sulaeman untuk ikan dilaut habis
dimakan hanya oleh ikan yang kecil.
setelah direnungi kisah Nabi Sulaiman itu,
sahabat saya memutuskan untuk tidak lagi
memberikan bantuan dan disertai alasan-
alasannya mengapa bantuan itu harus
dihentikan. Setelah semuanya usai, saahabat
saya syujud syukur dengan apa yang
dialaminya. dia baru memahami mengapa
Tuhan tidak mengizinkannya bersatu,
sahabat saya berfikir mungkin kalau dia
bersatu dengan pujaan hatinya itu, dia tidak
akan seperti ini, hidup bahagia dengan istri
dan tiga orang anak yang menyintainya.

sepenggal kisah sahabat saya tersebut kita
dapat mengambil hikmah bahwa kita tidak
boleh kecewa dengan takdir Tuhan. Kita
tidak boleh larut dalam kekecewaan dan kita
tidak boleh menyesali mengapa kita tidak
bisa bersatu dengan orang yang kita cintai.

hikmah lain juga adalah kita tidak boleh
mendendam kepada orang yang pernah
mengecewakan diri kita. Kita harus tetap
membantu semampu yang kita bisa, karena
mungkin saja siklus kehidupan akan kembali
berputar. Bisa jadi orang yang saat ini
terpuruk suatu saat akan bangkit dan akan
melebihi apa yang kita punya.

..dan jangan kamu berputus asa dari
rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus
asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang
kafir. ” ( QS. Yusuf[12]:87 )


by: tuan demang[dari byk smbr]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar